Tiwul Makanan Khas Gunungkidul

Tiwul Makanan Khas Gunungkidul

tiwul makanan khas gunungkidulTiwul makanan khas Gunungkidul merupakan makanan tradisional yang berbahan dasar ketela. Makanan ini termasuk dalam makanan bersejarah, konon katanya makanan ini pernah menjadi makanan pokok pengganti nasi beras pada masa penjajahan Jepang. Di daerah Gunungkidul pada saat itu sulit air sehingga tanahnya susah ditanami padi. Memang daerah Gunungkidul terkenal dengan daerah tandus yang hanya bisa ditanami tanaman palawija seperti ketela dan jagung. Masyarakat Gunungkidul memilih menanam singkong kemudian diolah menjadi tiwul.

Mengolah singkong menjadi tiwul melalui beberapa tahap. Pertama singkong dipotong tipis-tipis kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Masyarakat sering menyebut gaplek untuk singkong yang telah dikeringkan. Kemudian gaplek ditumbuk sampai halus menjadi tepung.  Tepung gaplek kemudian diberi air sedikit demi sedikit sampai merata hingga membentuk bulatan-bulatan kecil. Untuk mendapatkan rasa tiwul yang manis dapat diberi tambahan gula merah/jawa, untuk tiwul rasa original tidak perlu ditambah gula merah. Adonan dikukus sekitar 15 – 20 menit, kemudian disajikan dengan parutan kelapa agar gurih.

tiwul makanan khas gunungkidul

Sampai saat ini beberapa masyarakat Gunungkidul masih menjadikan tiwul sebagai makanan pokok pengganti nasi saat stok beras menipis. Tiwul memiliki kalori lebih rendah dibanding nasi. Tiwul juga dapat mencegah sakit maag dan penyakit perut lainnya. Tiwul biasanya dimakan begitu saja atau dengan lauk sayur daun pepaya, tumis kulit melinjo, dll.

Kini Tiwul dikembangkan menjadi oleh-oleh makanan alternatif. Jadi bagi anda yang ingin mencicipi tiwul langsung saja pergi ke Gunungkidul, ke obyek-obyek wisata Gunungkidul pasti ada yang jual. Atau ke warung-warung yang khusus menyediakan tiwul sebagai menu utama, seperti warung milik Pak Lambang yang berada di Jalan Baron km 4, Desa Karangrejek, Wonosari. Pak lambang menginovasi tiwul dengan rasa lain seperti rasa nangka, keju, pandan, kopi, dan coklat.  Serta masakan nasi tiwul dengan sayur daun pepaya, tumis kulit melinjo, sambel bawang dan belalang goreng.

Jika menyantap makanan ini seperti nolstagia pada zaman dahulu bagi para perantau. Bagi wisatawan yang ingin membawa tiwul pulang sebagai oleh-oleh harus diperhatikan karena tiwul tidak mengunakan bahan pengawet jadi hanya tahan sehari. Alternatif lainnya wisatawan dapat membeli tiwul instan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *